Sabtu, 24 Januari 2015

SINOPSIS FILM Denias; Senandung Di Atas Awan






Biasanya film memiliki sebuah kenyataan social yang terdapat pada scene film tersebut,nah sekarang saya akan membahas synopsis dan masalah social yang terdapat dalam film Denias (Senandung Di Atas Awan) yang disutradarai oleh John De Rantau dan beberapa actor dan aktris seperti  Albert Tom Joshua Fakdawer,  Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen, Marcella Zalianty, Michael Jakarimilena, Pevita Eileen Pearce, Mathias Muchus, Audrey Papilaya. Dalam film ini banyak sekali mengandung makna social dari hal positif maupun social yang negative.

Dari contoh negative social yang ada di film ini yaitu menceritakan seorang anak yang dilarang bersekolah karna orangtuanya yang kekurangan biaya,dan diskriminatif pada keluarga yang kurang mampu. Disuatu sisi film ini juga sangat banyak mengandung makna social positif yaitu mengajarkan pada kita bahwa dari segi biaya,suku,maupun daya pikir  bukanlah suatu penghalang untuk kita tetap bersekolah untuk menempuh pendidikan,serta memliki sahabat merupakan keluarga nomor 2 dan selalu ada disaat kita membutuhkan.
Film Denias(Senandung Di Atas Awan) merupakan film yang sebenarnya berkisah tentang sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam menggapai cita-cita dan impiannya.  Anak itu bernama Denias Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo. Tepatnya di daerah Papua, Irian Jaya.

“Bahwa ditengah ketidak adilan kemajuan pendidikan dan teknologi bukanlah sebagai alasan kita untuk tetap bodoh,melainkan sebagai penyemangat kita untuk terus berusaha belajar dan belajar agar cita cita yang kita inginkan dapat tercapai dan membuktikan bahwa pendidikan itu adalah hak bagi setiap masyarakat indonesia”

Berikut fenomena social yang terdapat dalam film Denias(Senandung Di Atas Awan):
Sebagai anak orang yang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang notabenenya adalah anak seorang Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan supranatural di kampungnya. Denias merupakan anak yang sangat berbakti pada kedua orang tuanya dibuktikan dengan upayanya membantu kegiatan orangtuanya sehari-hari diladang.

Dalam menggapai cita-citanya untuk bersekolah denias sangat bersabar dari berpindah-pindah tempat sampai harus meninggalkan ayahnya untuk bersekolah di kota,sesampainya dikota denias tidak memiliki sanak keluarga ia bingung harus kemana,tapi dia beruntung bertemu dengan seorang gelandangan bernama enos,denias diberikan tempat tinggal dan diantarkan ke sekolah yang denias inginkan. Sesampainya disekolah itu  denias bertemu dengan seorang guru bernama ibu Sam yang berbudi luhur dan baik, denias menceritakan bahwa ia kabur dari rumah nya di kampung karna ingin bersekolah,ibu Sam pun terharu mendengar cerita denias dan berusaha untuk denias agar dapat bersekolah di tempat ibu Sam mengajar.




Akhirnya denias pun di izinkan untuk tinggal  di asramah itu, tetapi ia masih tetap sama seperti di kampungnya. Ia masih mendapat perlakukan yang tidak baik dan culas dari Noel. Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat dihajar habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa diterima sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukanya dia tidak berani dengan Noel dan teman-temannya. Demi impian dan cita-citanya, ia harus besabar.
Sekian lama denias harus bersabar akhirnya Denias mendapat kabar gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. Denias menari di atas awan.
Referensi:

Jumat, 23 Januari 2015

PENGERTIAN DARI FENOMENA SOSIAL



adalah kondisi di mana manusia menganggap segala hal yang dialaminya adalah sebuah kebenaran absolut. Padahal, hal itu sebenarnya adalah kebenaran semu yang dibuat melalui simulasi simbol-simbol, kode-kode yang dicitrakan sedemikian dari sebuah objek yang benar. Fenomena social juga terdapat di Indonesia.

Mengenai fenomena social di Indonesia Gotong royong merupakan kebanggaan , yang dianggap sebagai ciri khas bangsa ini. Sejarah kemerdekaan telah mencatat bahwa kata gotong-royong telah menjadi elemen penting dalam kehidupan bernegara Indonesia.




Berbagai kenyataan diungkapkan untuk mendukung pendapat bahwa gotong-royong adalah sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia. Mulai dari sistem pertanian secara bersama, membangun rumah, dan segala macam kegiatan kemasyarakatan yang telah kita sama-sama baca dan pelajari sejak dulu, semuanya menunjukkan bahwa gotong-royong sudah ada sejak zaman prasejarah di bumi Indonesia. Sejak di bangku sekolah dasar kita telah diberikan pemahaman, gotong-royong adalah sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa ini dan tidak dimiliki bangsa lain. Apakah saat ini gotong royong masih sebagai ciri khas bangsa Indonesia?mungkin di sebagian daerah masih memiliki sifat gotong royong yang kuat namun kalo kita lihat diperkotaan seperti Jakarta fenomena social seperti ini sudah jarang kita jumpai.



Selain gotong royong di Indonesia juga memiliki fenomena social seperti MUDIK , yang bsangat berkaitan dengan lebaran, atau hari-hari besar keagamaan. Mudik menjadi kata-kata yang disebut-sebut selama bulan Ramadhan sebab mudik adalah tradisi pulang ke desa untuk sementara waktu dan membawa simbol-simbol tersendiri bagi para pemudik. Selain sarat akan ranah sosial dan religius, mudik identik dengan fenomena ekonomi. Maksudnya selain berkumpul dengan keluarga, ada bentuk pamer status yang dalam hal ini bersifat ekonomi.

Mudik adalah taruhan keberhasilan pemudik. Akan ada rasa malu bagi pemudik yang pulang dengan tangan kosong. Maka kita lihat banyak pemudik yang tidak sengaja memoles dirinya dengan simbol peningkatan status ekonomi. Namun penonjolan status tersebut memberi dampak lanjutan bagi penduduk desa lainnya bahwa kota adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik. namun, lebih dari itu, mudik sebuah kerinduan.

REFERENSI:

PENGERTIAN DARI ILMU SOSIAL DASAR



ILMU SOSIAL DASAR(ISD) merupakan Pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia maupun Negara lain, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti Geografi sosial, Sosiologi, Antropologi sosial, Ilmu politik, Ekonomi, Sejarah dll.

Ilmu social dasar juga memiliki beberapa pengertian,diantaranya yaitu:

1.       Ilmu Sosial dasar adalah ilmu yang membahas tentang masalah social yang dilakukan oleh pribadi seseorang. Dimana itu dinilai dari tindakan seseorang yang dilakukannya terhadap lingkungannya sendiri

2.        Ilmu Sosial Dasar juga merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan dengan memberikan pengetahuan umum kepada masyarakat tentang konsep kehidupan bermasyarakat yang memberikan nilai dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat

3.       Ilmu Sosial Dasar juga bukan merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu social yang dipadukan, karena ilmu sosial dasar tidak memiliki objek materi ilmiah tersendiri dan tidak mengembangkan suatu penelitian ilmu

Sedangkan terdapat juga beberapa pengertian ilmu social dasar menurut para ahli, yaitu:

a.       PAUL ERNEST
Ilmu Sosial Dasar adalah lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama

b.      PHILIP WEXLER
Ilmu Sosial Dasar adalah sifat dasar dari setiap individu manusia

c.       LENA DOMINELLI
Ilmu Sosial Dasar adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya

Ilmu social dasar juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang berbagai macam kejadian social yang ada di lingkungan masyarakat,kepribadian luas dan dapat bermusyawarah dengan satu sama lain dan dapat memahami masalah social yang ada dalam masyarakat serta membantu perkembangan pikiran mahasiswa dalam bersosialisasi.

Referensi :
Harwatiyoko & Neltje F. Kaltuuk. MKDU ILMU SOSIAL DASAR, Jakarta 1996.